--> Skip to main content

Strategi Mengajar Anak Usia Dini


PENDIDIKAN INDONESIA
Strategi Mengajar Anak Usia Dini

Ada beberapa strategi dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran anak usia dini. Di antara strategi tersebut adalah:
(1) Perhatian Intens
(2) Beri Dorongan
(3)  Berikan Umpan Balik Khusus
(4) Berikian Model Atau Contoh,
(5)  Mendemontrasikan,
(6) Menciptakan dan menambahkan tantangan,
(7) Memberikan cara atau bantuan lainnya
(8) Memberikan informasi secara langsung.

Sedangkan dalam makalah ini akan dibatasi pada empat strategi yang pertama yaitu :

1.    Perhatian Intens

Dalam melaksanakan pengajaran seorang guru sebagai pendidik harus mampu memberikan perhatian yang intens terhadap anak didik. Menaruh perhatian khusus terhadap anak  sejak usia dini  dapat membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, serta kemampuan awal membaca dan menulis dengan cara bermain dan bersenang-senang anak juga mulai dapat mengembangkan kemampuan dasar berhitung, hal-hal konseptual dan kognitif serta konsep-konsep dasar ilmu alam dan pengetahuan teknis lainnya. Beberapa hal penting dapat mereka peroleh pada saat bermain seperti kemampuan memahami budaya dan seni, kemampuan memahami mahkluk hidup dan lingkungan sekitar, bangkitnya kesadaran terhadap kesehatan lingkungan, olahraga dan rekreasi.

Selain itu, agar setiap anak  mampu memikul tanggung jawab kemajuanbangsa di masa yang akan datang, maka anak-anak  (tidak terkecuali) harus mendapatkan perhatian dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Perhatian dan pemberian kesempatan tumbuh kembang pada anak usia dini harus merupakan tekad dan aksi yang ditunjukkan oleh keuarga, masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama. Upaya ini sekaligus merupakan bentuk perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa adanya diskriminasi.

Sepanjang rentang kehidupan manusia, masa anak usia dini "periode keemasan atau golden period". Pada masa tersebut terjadi pembentukan dasar-dasar sikap dan perilaku serta perkembangan berbagai dimensi kecerdasan (inteletual, emosional, sosial, spiritual, kinestetik dan seni) yang intensif. Periode keemasan tersebut hanya berlangsung satu kali di sepanjang rentang kehidupan manusia. Jika potensi-potensi dasar pada periode tersebut kurang memperoleh berbagai rangsangan maka tidak mustahil kalau potensi anak akan tenggelam atau tidak berfunsi sama sekali (lost of capacity) ketika ia tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi dewasa.

2.    Beri Dorongan

Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yangmenyenangkan, yaitu pola asuh yang otoritatif (demokratik). Artinya : pengasuh harus pekaterhadap isyarat-isyarat anak, memperhatikan minat, keinginan ataupendapa anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dankegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpamemaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikanpenghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik,memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapatmelakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.Pola asuh otoritatif penting untuk mengembangkankreativitas anak. Dengarkan omongan anak dorong anak  untuk berani mengucapkan pendapatnya,hargai pendapat anak jangan memotong pembicaraan anak, jangan memaksakanpendapat orangtua atau melecehkan pendapat anakRangsanglah anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentangberbagai hal dilingkungannya, beri kebebasan dan dorongan untuk mengembangkan khayalan, merenung, berfikir, mencoba dan mewujudkangagasan. Berikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecilapapun. Jangan menghentikan rasa ingin tahu anak jangan banyak mengancam ataumenghukum, beri  kesempatan untuk mencoba, asalkan tidak membahayakandirinya atau orang lainBila anda sejak dini  mendorong Si Kecil untuk berbagi dan memikirkan orang lain berarti telah membentuk sifat yang baik.

 Contoh:

Beri waktu. Buat seorang anak belajar berpakaian, melepas pakaian, mengancingkan kancing, mengikat tali sepatu, menutup retsleting atau mengancingkan kancing jepret  membutuhkan waktu. Mengharapkan si dua tahun menarik celana memang mudah, tapi berharap ia bisa mahir mengikat tali sepatu sebelum ia masuk taman bermain tidaklah realistis. Anda harus terus memberi dorongan atau memotivasinya dengan sabar. Anda harus memberinya cukup membanyak waktu agar ia bisa menyelesaikan satu tugas

3.    Berikan Umpan Balik Khusus

Seorang pendidik anak usia dini tidak berhenti  pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran, atau menyampaikan materi pembelajaran kepada anak didi. Tetapi pembelajaran tersebut harus ditindak lanjuti dengan melaksanakan umpan balik terhadap anak setelah selesai mengadakan kegiatan pembelajaran.

Contoh:

Menulis adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan motorik halus bagian tangan. Keterampilan motorik halus bagian tangan akan melibatkan banyak otot kecil: jari jemari, telapak tangan dan pergelangan tangan.

Ketika usia si kecil menginjak tahun kedua, sirkuit otak yang mengendalikan dan mengkoordinasikan gerakan tangannya masih berkembang pesat seperti di tahun pertama usianya. Di samping itu, bagian otak lain yang bernama serebelum juga mulai berkembang. Serebelum bertugas mengatur waktu dan koordinasi untuk hampir semua tugas motorik.

Latihan penting sekali untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak batita. Latihan ibarat ”umpan balik’  bagi otak mereka. Makin sering si kecil berlatih, makin pesatlah perkembangan sirkuit otaknya, dan makin baguslah kemampuan si kecil mengontrol dan mengkoordinasikan motorik halusnya.

4.    Berikian Model Atau Contoh

   Mengajarkan nilai kehidupan , kemanusiaan ,budaya dan pengembangan moral pada anak usia dini membutuhkan keteladanan dari orangtua, guru dan masyarakat . dan penanaman ini tidak hanya berlangsung dirumah saja tetapi juga berlangsung disekolah dan masyarakat . sesuai dengan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, kepada tuhan YME berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap ,kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Contoh dalam pelajaran sosial misalnya dalam nilai kehidupan dan kemanusiaan yang ingin ditanamkan bagaimana hidup rukun di dalam keluarga, masyarakat berkasih sayang antar anggota keluarga, memelihara kebersihan lingkungan. mengajarkan nilai kebudayaan misal di daerah Jakarta siswa harus tahu asal mula ondel-ondel terbuat dari apa, gunanya buat apa dan bagaimana cara memeliharanya. Sedangkan mengajarkan pengembangan moral bagaimana bersikap kepada yang lebih tua dan muda, dan yang paling penting strategi mengajarkan nilai kehidupan, kemanusiaan, budaya dan moral pada anak usia dini kita harus memberikan teladan atau contoh terlebih dahulu kalau ingin anak kita sopan maka harus terlebih dahulu orangtuanya sopan karena anak usia dini itu melihat contoh dari keluarga, masyarakat/lingkungan dan memang sedang berada pada proses imitasi atau meniru. Dan inipun harus berlangsung secara kontinu dan konsisten dari pendidik dan praktisi sosial.

Orangtua adalah guru terbaik bagi anak termasuk ketika mengajarkan cara mengekspresikan emosi. Berikan contoh pada anak-anak perilaku yang sesuai saat sedang marah atau sedih. Berikan pula beberapa pilihan lain bagaimana cara mengekspresikan kemarahan, kegembiraan atau kesedihan.

Kembangkan sikap bertanggung jawab pada anak. Misal, jika anak  menumpahkan minuman minuman ke lantai, maka dia harus membersihkan sendiri. Sebelumnya berikan contoh dan penjelasan mengapa ia harus melakukan itu
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar