Analisis Puisi “Nafas Pertama” Karya Sitok Srengenge
Nafas Pertama
Dengan semesta cinta
kautiup aku ke rongga bola kaca
napasmu menjelma udara di ruang hampa
dan aku mengembara tanpa rupa
Terkurung di dalam gelembung
yang sungguhpun luas namun terbatas
terasing dari hening abadi
gemuruh ruh meluruh tubuh
jadi sekutu tubuh
Napasmu nyusup menandur denyut di relung jantung
dihalau dan dihela denyutmu darahku mengalir
dari dan ke jantung yang kaujadikan hulu dan hilir
Dipantulkan dinding jantungku denyutmu bergema
mengecup urat syaraf yang tidur
Dibisiki denyutmu jantungku berjaga
menyalur gerak ke sekujur
Hidup adalah napasmu
mengalir di dalam tubuhku
1999
Jenis Puisi
Berdasarkan isinya, puisi tersebut termasuk dalam jenis puisi ide, karena puisi tersebut mengisahkan tentang gagasan penulis yang sedang dilanda asmara. Sedangkan berdasarkan penggunaan bahasanya, puisi tersebut termasuk dalam jenis puisi prismatis, karena puisi tersebut menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuratif, serta puisi tersebut baru dapat dipahami setelah beberapa kali penghayatan.
Berdasarkan isinya, puisi tersebut termasuk dalam jenis puisi ide, karena puisi tersebut mengisahkan tentang gagasan penulis yang sedang dilanda asmara. Sedangkan berdasarkan penggunaan bahasanya, puisi tersebut termasuk dalam jenis puisi prismatis, karena puisi tersebut menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuratif, serta puisi tersebut baru dapat dipahami setelah beberapa kali penghayatan.
Bunyi
Kombinasi bunyi yang terdapat dalam puisi tersebut ialah efoni (euphony). Kombinasi bunyi merdu ini menggambarkan perasaan mesra, kasih, sayang atau cinta, serta hal-hal yang menggembirakan yang terdapat dalam puisi terserbut.
Rima
- Rima Tengah
- Dengan semesta cinta
kautiup aku ke rongga bola kaca
nafasmu menjelma udara diruang hampa
dan aku mengembara tanpa rupa - Napasmu nyusup menandur denyut di relung jantung
dihalau dan dihela denyutmu darahku mengalir
dari dan ke jantung yang kau jadikan hulu dan hilir
Dipantulkan dinding jantungku denyutmu bergema
mengecup urat syaraf yang tidur
Dibisiki denyutmu jantungku berjaga
menyalur gerak ke sekuju
- Dengan semesta cinta
- Rima Akhir
- Dengan semesta cinta
kautiup aku ke rongga bola kaca
nafasmu menjelma udara diruang hampa
dan aku mengembara tanpa rupa - Dipantulkan dinding jantungku denyutmu bergema
mengecup urat syaraf yang tidur
Dibisiki denyutmu jantungku berjaga
menyalur gerak ke sekujur - Terkurung di dalam gelembung
yang sungguhpun luas namun terbatas
terasing dari hening abadi
gemuruh ruh meluruh rubuh
jadi sekutu tubuh - Napasmu nyusup menandur denyut di relung jantung
dihalau dan dihela denyutmu darahku mengalir
dari dan ke jantung yang kau jadikan hulu dan hilir - Dipantulkan dinding jantungku denyutmu bergema
mengecup urat syaraf yang tidur
Dibisiki denyutmu jantungku berjaga
menyalur gerak ke sekujur
- Dengan semesta cinta
Kata
Puisi tersebut banyak menggunakan kata-kata konotasi. Makna konotasi diantaranya terdapat dalam larik ‘Napasmu nyusup menandur denyut di relung jantung/ dihalau dan dihela denyutmu darahku mengalir’ mempunyai makna bahwa kehidupan penyair menyatu dengan kehidupan kekasihnya.
Puisi tersebut banyak menggunakan kata-kata konotasi. Makna konotasi diantaranya terdapat dalam larik ‘Napasmu nyusup menandur denyut di relung jantung/ dihalau dan dihela denyutmu darahku mengalir’ mempunyai makna bahwa kehidupan penyair menyatu dengan kehidupan kekasihnya.
Bahasa Kias
Bahasa kias yang banyak digunakan dalam puisi tersebut adalah simile epik, terlihat pada larik-larik berikut:
Bahasa kias yang banyak digunakan dalam puisi tersebut adalah simile epik, terlihat pada larik-larik berikut:
Napasmu nyusup menandur denyut di relung jantung
dihalau dan dihela denyutmu darahku mengalir
dari dan ke jantung yang kau jadikan hulu dan hilir
Dipantulkan dinding jantungku denyutmu bergema
mengecup urat syaraf yang tidur
Dibisiki denyutmu jantungku berjaga
menyalur gerak ke sekujur
Alegori juga digunakan dalam puisi tersebut, terlihat pada larik-larik berikut:
Dengan semesta cinta
kautiup aku ke rongga bola kaca
nafasmu menjelma udara diruang hampa
dan aku mengembara tanpa rupa
Simbol atau Lambang
Dalam puisi tersebut terdapat beberapa kata yang merupakan simbol sesuatu, diantaranya kata ‘semesta’ adalah simbol keagungan, kata ‘nafasmu’ adalah simbol kehidupan.
Dalam puisi tersebut terdapat beberapa kata yang merupakan simbol sesuatu, diantaranya kata ‘semesta’ adalah simbol keagungan, kata ‘nafasmu’ adalah simbol kehidupan.
Citraan
- Citraan pendengaran, terdapat dalam bait berikut:
Dengan semesta cinta
kautiup aku ke rongga bola kaca
nafasmu menjelma udara diruang hampa
dan aku mengembara tanpa rupa
Terkurung di dalam gelembung
yang sungguhpun luas namun terbatas
terasing dari hening abadi
gemuruh ruh meluruh rubuh
jadi sekutu tubuh - Citraan gerakan, terdapat dalam bait berikut:
Napasmu nyusup menandur denyut di relung jantung
dihalau dan dihela denyutmu darahku mengalir
dari dan ke jantung yang kau jadikan hulu dan hilir
Dipantulkan dinding jantungku denyutmu bergema
mengecup urat syaraf yang tidur
Dibisiki denyutmu jantungku berjaga
menyalur gerak ke sekujur
Sarana Retorika
Paradoks digunakan dalam puisi ini, idalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berlawanan. Hal ini terdapat dalam bait ‘yang sungguhpun luas namu terbatas’.
Paradoks digunakan dalam puisi ini, idalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berlawanan. Hal ini terdapat dalam bait ‘yang sungguhpun luas namu terbatas’.