10 Langkah menjadi guru ideal dan inovatif
Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa dielakan. Masa depan bangsa ini ditentukan oleh kader muda-muda bangsa. Sedangkan penanggung jawab utama masa depan kader-kader muda tersebut berada di pundak guru. Karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan mereka dalam membentuk kepribadian, memberikan pemahaman, menerbangkan imajinasi dan cita-cita, membangkitkan semangat, dan menggerakan kekuatan mereka.
Ketika guru yang hadir adalah mereka yang energik, interested, berwawasan luas, humoris, dan mampu menguasai kelas, kedatangan guru sangat dinanti murid-muridnya. Mengapa demikian? Karena yang keluar darinya adalah mutiara-mutiara emas yang sulit untuk diulang untuk yang kedua kalainya. Ia bagaikan lampu yang menyinari kegelapan, matahari yang memberika secerca harapan, bintang yang menunjukan impian dan bulan purnama yang menyirami kedamaian, keindahan dan ketenangan batin.
Ketika guru yang hadir adalah mereka yang energik, interested, berwawasan luas, humoris, dan mampu menguasai kelas, kedatangan guru sangat dinanti murid-muridnya. Mengapa demikian? Karena yang keluar darinya adalah mutiara-mutiara emas yang sulit untuk diulang untuk yang kedua kalainya. Ia bagaikan lampu yang menyinari kegelapan, matahari yang memberika secerca harapan, bintang yang menunjukan impian dan bulan purnama yang menyirami kedamaian, keindahan dan ketenangan batin.
Sebaliknya, ketika guru yang masuk adalah mereka yang tidak bisa mengemas mata pelajaran menjadi menu yang menarik dan selalu membuat siswanya terbebani, maka kehadirannya dibenci oleh para siswa yang diekspresikan dengan banyak hal yang tidak baik, misalnya, tidak memperhatikan keterangan guru, tidur, mengantuk, berbicara dengan temannya, membuat gaduh, bahkan keluar kelas.
Agar menjadi guru ideal dan inovatif yang mampu melesatkan anak panah dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka hal-hal dibawah ini bisa menjadi renungan bersama.
1. Menguasai materi pelajaran secara mendalam
Agar menjadi guru ideal dan inovatif yang mampu melesatkan anak panah dengan kekuatan penuh ke angkasa, maka hal-hal dibawah ini bisa menjadi renungan bersama.
1. Menguasai materi pelajaran secara mendalam
Menguasai materi pelajaran adalah syarat utama menjadi guru yang ideal. Dengan menguasai materi, kepercayaan diri terbangun dengan baik, tidak ada rasa was-was dan bimbang terhadap pertanyaan murid. Ketenangan bisa diraih dan kepuasan siswa bisa didapatkan. Dalam konteks ini, sudah seharusnya guru mengajar materi sesuai dengan keahliannya. Artinya, guru yang ideal adalah guru yang mengajar materi pelajaran yang menjadi bidang, bakat dan spesialisnya.
2. Mempunyai wawasan luas
Perubahan-peruban yang terjadi setiap saat akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berjalan dalam hitungan detik. Apa yang terjadi di Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, Mesir, Palestina dan belahan bumi lainya, bisa diakses secara langsung melalui berbagai media, televisi dan internet.
Guru diharuskan mengikuti informasi ini, sehingga cakrawala pemikirannya menjadi luas, mendunia dan up to date. Dengan demikian selalu ada hal baru yang disampaikan seorang guru.
3. Komunikatif
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima anak didiknya dari pada guru yang egois, yang datang hanya untuk menerangkan pelajaran, setelah itu pulang.
Disinilah pentinya guru berkomunikasi dengan anak didiknya, menyapa anak didik, menanyakan bagaimana kondisinya, capek, lemas, atau tetap semangat. Ketika guru bertanya kepada muridnya, maka muridnya akan merasa diperhatikan, sehingga guru dianggap bagian darinya.
Komunikasi semacam ini sangat penting sebagai pendekatan psikologis kepada anak didik.
4. Dialogis
Metode dialog interakti ini, guru tidak boleh merasa paling pintar dan paling tahu segala masalah. Kalau guru mampu menerapkan aspek kesetaraan, yang emas tetap emas, walau datang dari murid. Dengan demikian, murid akan semakin simpati terhadap guru tersebut.
5. Menggabungkan teori dan praktik
Anak didik akan mudah jenuh kalau hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik. Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan, mengendapkan dan melekatkan pemahaman materi pada otak anak didik.
2. Mempunyai wawasan luas
Perubahan-peruban yang terjadi setiap saat akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berjalan dalam hitungan detik. Apa yang terjadi di Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, Mesir, Palestina dan belahan bumi lainya, bisa diakses secara langsung melalui berbagai media, televisi dan internet.
Guru diharuskan mengikuti informasi ini, sehingga cakrawala pemikirannya menjadi luas, mendunia dan up to date. Dengan demikian selalu ada hal baru yang disampaikan seorang guru.
3. Komunikatif
Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima anak didiknya dari pada guru yang egois, yang datang hanya untuk menerangkan pelajaran, setelah itu pulang.
Disinilah pentinya guru berkomunikasi dengan anak didiknya, menyapa anak didik, menanyakan bagaimana kondisinya, capek, lemas, atau tetap semangat. Ketika guru bertanya kepada muridnya, maka muridnya akan merasa diperhatikan, sehingga guru dianggap bagian darinya.
Komunikasi semacam ini sangat penting sebagai pendekatan psikologis kepada anak didik.
4. Dialogis
Metode dialog interakti ini, guru tidak boleh merasa paling pintar dan paling tahu segala masalah. Kalau guru mampu menerapkan aspek kesetaraan, yang emas tetap emas, walau datang dari murid. Dengan demikian, murid akan semakin simpati terhadap guru tersebut.
5. Menggabungkan teori dan praktik
Anak didik akan mudah jenuh kalau hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik. Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan, mengendapkan dan melekatkan pemahaman materi pada otak anak didik.
6. Bertahap
Belajar ilmu adalah setahap demi setahap, dari satu, dua dan seterusnya. Bertahap ini meniscayakan pentingnya materi yang disampaikan harus urut tidak meoncat-loncat. Dalam konteks ini, ketika mengajar, seorang guru harus arif dan bijaksana. Berilah sedikit demi sedikit agar anak didik bisa menerimanya dengan baik. Sebab, jika diberikan sekaligus akan mudah hilang.
7. Mempunyai variasi pendekatan
Dalam proses belajar dan mengajar, seorang guru harus memepelajari banyak pendekatan pengajaran. Dengan menguasai pendekatan pengajaran yang banyak, proses belajar dan mengajar dapat berjalan scara variatif, tidak monoton dan selalu segar.
8. Tidak memalingkan materi pelajaran
Dalam mengajar, seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah, satu target dan satu tujuan. Yang dicanangkan, sehingga hasilya bisa maksimal. Misalnya, dalam materi agama tentang shalat, ia harus berbicara seputar shalat dan hal-hal lain yang bersifat menunjang. Jangan sampai ketika menerangkan tentang shalat, anak diajak berbicara jauh tentang masalah politik dan budaya, yang justru menghabiskan waktu mengajar karena mengikuti selera dan kepentingan guru.
Oleh sebab itu, seorang guru harus membuat rencana pembelajaran, target pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Hal-hal tersebut bisa digunakan sebagai ukuran dan pengingat kelalain yang bisa datang sewaktu-waktu secara tidak terduga.
9. Tidak terlalu menekan dan memaksa
Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan memaksa murid. Kalau memaksa dan menekan murid, efeknya tidak positif bagi perkembangan psikologisnya.
Belajar ilmu adalah setahap demi setahap, dari satu, dua dan seterusnya. Bertahap ini meniscayakan pentingnya materi yang disampaikan harus urut tidak meoncat-loncat. Dalam konteks ini, ketika mengajar, seorang guru harus arif dan bijaksana. Berilah sedikit demi sedikit agar anak didik bisa menerimanya dengan baik. Sebab, jika diberikan sekaligus akan mudah hilang.
7. Mempunyai variasi pendekatan
Dalam proses belajar dan mengajar, seorang guru harus memepelajari banyak pendekatan pengajaran. Dengan menguasai pendekatan pengajaran yang banyak, proses belajar dan mengajar dapat berjalan scara variatif, tidak monoton dan selalu segar.
8. Tidak memalingkan materi pelajaran
Dalam mengajar, seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah, satu target dan satu tujuan. Yang dicanangkan, sehingga hasilya bisa maksimal. Misalnya, dalam materi agama tentang shalat, ia harus berbicara seputar shalat dan hal-hal lain yang bersifat menunjang. Jangan sampai ketika menerangkan tentang shalat, anak diajak berbicara jauh tentang masalah politik dan budaya, yang justru menghabiskan waktu mengajar karena mengikuti selera dan kepentingan guru.
Oleh sebab itu, seorang guru harus membuat rencana pembelajaran, target pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Hal-hal tersebut bisa digunakan sebagai ukuran dan pengingat kelalain yang bisa datang sewaktu-waktu secara tidak terduga.
9. Tidak terlalu menekan dan memaksa
Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak terlalu menekan dan memaksa murid. Kalau memaksa dan menekan murid, efeknya tidak positif bagi perkembangan psikologisnya.
Guru harus bisa menyelami psikologi anak didik, memberikan materi secara mengalir sesuai falsafah air yang mengalir secara pelan, mampu menerobos hal-hal sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan ketekunan, kerajinan dan kesungguhan.
10. Humoris tapi serius
Salah satu ciri guru ideal adalah berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga humoris. Di tengah kepenatan pikiran, keletihan fisik dan kebosanan berpikir, humor sangat diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa memecah suasana yang menjenuhkan, menghiangkan kepenatan dan menyegarkan pikiran anak didik.
Setelah kepenatan dan keletihan pikirannya hilang, guru bisa memulai pelajarannya. Walaupun begitu, dalam humor ini guru tidak boleh berlebihan, apalagi sampai mengganggu konsentrasi lingkungan belajar di sekitarnya.
Demikianlah sepuluh indikator guru ideal dan inovatif. Sepuluh indikator tersebut sangat penting dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mempersiapkan anak didik yang siap bersaing dalam kompetisi terbuka di era global sekarang dan akan datang.
Sekian dan terima kasih
10. Humoris tapi serius
Salah satu ciri guru ideal adalah berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga humoris. Di tengah kepenatan pikiran, keletihan fisik dan kebosanan berpikir, humor sangat diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa memecah suasana yang menjenuhkan, menghiangkan kepenatan dan menyegarkan pikiran anak didik.
Setelah kepenatan dan keletihan pikirannya hilang, guru bisa memulai pelajarannya. Walaupun begitu, dalam humor ini guru tidak boleh berlebihan, apalagi sampai mengganggu konsentrasi lingkungan belajar di sekitarnya.
Demikianlah sepuluh indikator guru ideal dan inovatif. Sepuluh indikator tersebut sangat penting dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mempersiapkan anak didik yang siap bersaing dalam kompetisi terbuka di era global sekarang dan akan datang.
Sekian dan terima kasih