--> Skip to main content

Memahami Psikologi Anak

Psikologi merupakan kata yang berasl dari bahasa Yunani Kuno. "Psiko" berarti jiwa, sedangkan "logi" berasal dari logos yang berarti ilmu. Secara bebas, psikologi bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari jiwa atau mental seseorang.

Psikologi tidak mempelajari jiwa / mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak. Psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi jiwa atau mental tersebut, yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya. Dengan demikian, psikologi dapat di definisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

muahammad Hanif Aldiyansah

Psikologi yaitu ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir tahun 1800-an). Akan tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsafat Yunani, terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354 - 430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuaannya tentang fenomena psikologi.

Penting bagi Anda untuk memahami psikologi anak sejak dini. Hanya dengan ilmu ini Anda akan memahami proses tumbuh kembang seorang anak. Tanpa ilmu ini bisa jadi Anda akan selalu menyalahkan si anak, sebab Anda terlalu egois. Anda menginginkan anak Anda berakhlak baik, tetapi Anda hanya bisa menuntutnya, tidak mengajarkannya.

Ingatlah, masa kanak-kanak adalah masa dengan memori kosong. Masa itu adalah masa pembentukan karakter. Salah satu yang dilakukan untuk pembentukan karakter anak ialah dengan banyak berpesan. Hal itu sebagaimana yang dilakukan oleh Luqman Al-Hakim.

Allah SWT berfirman:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."" (QS. Luqman : 13)

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: "Dan Ibrahim ibrahim mewasiatkan ucapan-ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata) "Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka, jangan kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam."" (QS. Al-Baqarah :132)

وَقَالَ يَا بَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ

Artinya: "Dan ya'qub berkata, "Hai anak-anakku, jangan kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuk dari pintu gerbang yang lain-lain. Namun demikian, aku tidak dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari (takdir) Allah. Kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendak kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri."" (QS. Yusuf : 67)

Jadi, seorang ayah tetaplah berperan penting dalam pendidikan seorang anak.

Seorang ahli pengembangan dan prilaku anak dari Amerika Serikat bernama Brazelton mengatakan, "pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya akan sangat menentukan apakah anak ini mampu mengahdapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia menunjukan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya".

Fokus pembentukan karakter seorang anak sebenarnya ada pada usia 0-6 tahun. Pada masa itulah otak anak sedang sangat cepat merespon segala informasi yang ia dapatkan melalui penglihatan, pendengaran, serta semua stimulus lainnya.

Pada usia itu, perbanyaklah memberi pengetahuan mengenai siapa Allah dan untuk apa manusia diciptakan di muka bumi ini. Mengajarkan tauhid kepada anak usia 0-6 tahun akan sangat berpengaruh besar pada jiwanya kelak. Oleh karena itu kita harus sering mentalkin agar anak mengucap Laa Ilaha Ilallah serta menambahkan maknanya.

Memahami Psikologi Anak

Para nabi dan ulama' pun demikian antusias dalam pendidikan anak. Nabi muhammad SAW tidak pernah mengambil seorang pun untuk mendidik anak. Itu dibuktikan dengan perilaku beliau mengajak Hasan dan Husain shalat. berbeda sekali dengan ayah pada jaman sekarang, bukan? Nabi yang pemimpin besar saja masih menyempatkan diri mendidik kedua cucu beliau. sementara itu, kita terlalu sibuk memikirkan materi dan mengabaikan pendidikan anak yang begitu berharga.

Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'iy selalu menyempatkan diri meskipun sejam dalam sehari untuk mengajarkan agama dalam keluarganya. Alhasil, seorang putri beliau menjadi syaikhoh. Seorang ayah hendaknya peduli kepada pendidikan anak. Hal itu dibuktikan kala ia akan meninggal, ia masih bertanya, "apakah yang akan kamu sembah sepeninggalku?". Itu merupakan dari kuatnya seorang ayah dalam memenuhi tanggung jawab dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman:

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Artinya: "Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku' Mereka menjawab 'Kamu akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.'" (QS. Al-Baqarah :133)

Memahami psikologi anak sejak dini berarti berupaya tentang pertumbuhan anak. Dengan begitu, Anda akan bisa memantau kelakuan anak. Anda akan menjadi orang tua yang paling mengerti. Namun, ingat! Kuncinya adalah sabar tanpa batas. Kondisi anak adalah ketika kita sedang mencetaknya, menjadi apa dan bagaimana nantinya.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar