Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli
Semiotik berasal dari kata Yunani semeion,yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan unutk memandang berbagai wacana social sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure dan Charles Sander Peirce. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure adalah linguistic, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebutnya ilmu yang dikembangkan semiology (semilogy).
Semiology menurut Saussure seperti dikutip dikutip Hidayat, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, dibelakangnya harus ada system perbedaan ddan konvensi yang memungkinkan makna itu.Dimana ada tanda, disana ada system.
Sedangkan Pierce menyebut ilmu yang dibangun semiotika (semiotics).Bagi Pierce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya,manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah semiotika lebih popular dari padasemiologi.
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign),berfungsinya tanda dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoes, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda.Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda.Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semua itu dianggap sebagai tanda.
Menurut Saussure, seperti dikutip Pradopo tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti hanya selembar kertas. Dimana ada tanda, disana ada system.Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh Indra kira yang disebut dengan signified, bidang petanda atau konsep atau makna.Aspek kedua terkandung didalam aspek pertama. Jadi pertanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek dan sebagainya.
Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan (mewakili) sesuatu hal (benda) yang lain. Ini disebut referent.Lampu merah mengacu pada kesedihan. Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian (Eco, 1979:59).
Menurut Pierce, tanda (representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu kepada sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan.Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpresentasikan dalam benak penerdima tanda melalui interpretantt.Jadi interpretantt ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda.Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat groumd, yaitu pengetahuan tentang system tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama segitiga semiotic.
Ikon adalah tanda yang antara tanda dengan acuannya ada hubungan kemiripan dan biasa disebut metafora. Contoh ikon adalah potret. Bila ada hubungan kedekatan eksistensi, tanda demikian disebut indeks.Tanda seperti ini disebut metomini. Contoh indeks adalah tanda panah petunjuk arah bahwa disekitar tempat itu ada bangunan tertentu. Langit berawan tanda hari akan hujan. Symbol adalah tanda yang diakui keberadaanya berdasarkan hokum konvensi. Contoh symbol adalah bahasa tulisan/
Ikon, indeks, symbol merupakan perangkat hubungan antara dasar (bentuk), objek (referent) dan konsep (interpretantt atau reference). Bentuk biasanya menimbulkan menimbulkan persepsi persepsi dan setelah dihubungkan dengan objek akan menimbulkan interpretantt. Proses ini merupakan proses kognitif dan terjadi dalam memahami pesan iklan.
Rangkaian pemahaman akan berkembang terus menerus, seiring dengan rang kaian semiosis yang tidak kunjung berakhir. Selanjutnya, terjadi tingkatan rangkaian semiosis. Interpretantt pada rangkaian semiosis lapisan pertama akan menjadi dasar untuk mengacu pada objek baru dan dari sini terjadi rangkaian semiosis lapisan kedua. Jadi, apa yang berstatus sebagai tanda pada lapisan pertama berfungsi sebagai penanda [ada lapisan kedua dan denikian seterusnya.
Terkait dengan itu, Barthes seperti dikutip Iriantara dan Ibrahim mengemukakan teorinya tentang makna konotatif.Ia berpendapat bahwa konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertanda kedua. Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung tatkala tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunanya dan nilai-nilai kulturalnya. Ini terjadi tatkala makna bergerak menuju subjektif atau setidaknya intersubjektif. Semuanya berlangsung ketika interpretant dipengaruhi sama banyaknya oleh penafsir dan objek atau tanda.