--> Skip to main content

Beberapa Aliran Sastra Dalam Puisi

Beberapa Aliran Sastra Dalam Puisi:

1.    Aliran Romantik
Dasar pemikiran aliran ini ialah ingin menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan tanpa cela. Jika yang di lukis itu kebahagiaan, maka kebahagian itu perlu sempurna tanpa tara. Sebaliknya jika yang di lukis kesedihan, maka pengarangan ingi agar air mata terkuras. Sebab itu, aliran romantik sering disebut sifat sentimental atau cengeng.

Seruling berkawan pantun
Tangiskan derita orang priyangan 

Selendang merah, merah darah, menurun di cikapundung

Bandung, dasar di danau
Lari bertumpuk di bukit-bukit

Seruling menyendiri di tepi-tepi
Tangiskan keris hilang di sumur
Melati putih, putih hati

Hilang kekasih di kata gugur
Bandung, dasar di danau
Derita memantul di kulit-kulit.

(priyangan si jelita, 1965)


2.    Aliran Realisme
Berbed adengan aliran Romantik, aliran realisme menggabarkan segala sesuatu secara realistis, apa adanya. Dalam penggambaran secara apa adanya itu batas, batas-batas keputusan, tabu, dan hal yang tidak sopan masih di perhatikan. Realistas kehidupan yang tidak pantas di gambarkan, yang melanggar tabu, dan yang tidak sopan, tidak ikut di gambarkan oleh pengarang.
Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMU

Biar susah sungguh
Mengungat kau pernah seluruh
Cahayamu panas suci

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di pintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling


3.    Aliran Realisme Sosial
Kenyataan yang digambarkan oleh aliran realisme sosial adalah kenyataan yang di alami oleh golongan masyarakat yang menderita, yakni kaum buruh dan tani. Penggambaran kenyataan itu di maksudkan untuk membangkitkan pertentangan kelas, yakni bangkitnya kaum buruh dan tani untuk melawan apa yang oleh golongan komunis sebagai kaum borjuis atau kapitalis. Yang di pentingkan dalam realisme sosial ialah kenyataan hidup masyarakat.golongan revolusiaoner, suatu golongan yang berpihak pada buruh dan tani atau (golongan komunis). Sebenarnya perjuangan dengan dalih untuk kepentingan buruh dan tani tersebut hanya untuk menutupi kepentingan partainya. Kepentingan partai adalah segala-galanya. Pelukisan terhadap penderitaan buruh dan tani bertujuan meniup-niupkan perjuangan partai dan pada gilirannya untuk kepentingan politik partai (dalam hal ini partai komunis).

Kawan Separtai Bekerja

Ku masa pekerja indonesia
Kau mati di laut menangkap ikan
Kau mati menebang kayudi tengah hutan
Kau mati di tambang-tambang
Kau mati di pabrik digilas mesin
Kau mati nyedap karet
Kau mati mengankut beban
Kau mati di ladang-ladang
Kau mati di kolong jembatan
Kau mati lapar di tepi pasir
Dimana saja kau mati sebagai kuli
Dimana saja kau mati terkapar menambah lapar
Di setiap tapak tanah peluh dan darah
Kau curahkan sebagai pahlawan

H.r Banda Harau, 1964


4.    Aliran Ekspresionisme
Penyair ekspresionisme tidak mengungkapkan kenyataan secara obyektif, namun secara subyektif. Yang di ekspresikan jiwa, kreatio, bukan mimesme. Namun demikian kadang-kadang penyair realis juga bersikap ekspresionistis, yakni jika ekspresi jiwanya itu tidak berlebih-lebihan, tetapi apa adanya. Ekspresi jiwa yang berlebihan, cenderung bersifat emosional adlah ciri-ciri kaum romantik.
Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang pu kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sendu sedan itu

Aku binatang jalang
Dari kumpulanya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih

Dan aku lebih tak perduli

Aku ingi hidup seribu tahu lagi

(Chairil Anwar, 1964)


5.    Aliran Impresionisme
Didepan telah dikemukakan bahwa impresionisme merupakan perkembangan dari realisme. Kenyataan dalam impresionisme menimbulkan kesan-kesan dalam diri penyair. Apa yang di kemukakan dalam sajak adalah kesan penyair setelah menghayati hidup itu. Adapun obyek kenyataan itu dapat berupa manusia, peristiwa, benda, dan sebagainya. Namun perlu di ingat bahwa kenyataan itu bukan hanya di gambarkan apa adanya, namun lebih dari itu harus menimbulkan kesan, atau bertujuan untuk mengemukakan kesan atau maksud pribadi penyair.


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar