Kecanggihan Internet Menciptakan Paradoks
Internet semakin maju dan semakin berkembang pesat dengan berbagai macam jenis teknologi. Dunia pun memasuki jaman yang baru. Jaman dimana semua serba internet, satu sama lain dapat saling terhubung.
Dimana-mana, di mall, di kantor, di kampus, di jalan dan bahkan di rumah. Hampir semua orang dengan usia diatas 14 tahun sudah terkoneksi dengan internet melalui beragam gadget yang mereka miliki. Pikiran mereka banyak tercurah melalui aplikasi yang tersedia di internet untuk mencurahkan gagasan, komentar, narsis dan bekerja dengan berbagai rekanan dimanapun berada.
Perlahan, kita sering melihat beberapa perilaku paradoks yang tercipta karena internet. Sehingga kalimat “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat” semakin jadi kenyataan. Kenyataan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di seluruh dunia.
Dimana-mana, di mall, di kantor, di kampus, di jalan dan bahkan di rumah. Hampir semua orang dengan usia diatas 14 tahun sudah terkoneksi dengan internet melalui beragam gadget yang mereka miliki. Pikiran mereka banyak tercurah melalui aplikasi yang tersedia di internet untuk mencurahkan gagasan, komentar, narsis dan bekerja dengan berbagai rekanan dimanapun berada.
Perlahan, kita sering melihat beberapa perilaku paradoks yang tercipta karena internet. Sehingga kalimat “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat” semakin jadi kenyataan. Kenyataan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di seluruh dunia.
Duduk Bersama Hati Entah Kemana
Sering kita lihat, satu keluarga yang duduk bersama di satu meja makan yang mereka pesan bersama. Namun begitu semua duduk, semua isi keluarga sibuk dengan dunianya masing-masing melalui gadget di tangan mereka. Tak jarang juga saya melihat anak kecil yang harus teriak menangis hanya untuk membuat orang tuanya menoleh sedikit dari gadget-nya.
Ini sangat menyesakkan, karena duduk bersama namun hati entah bepergian kemana. Tidak ada obrolan yang bagus diantara mereka. Hanya sesekali menoleh atau menegakkan kepala untuk (berpura-pura) mendengarkan pembicaraan yang muncul.
Ini sangat menyesakkan, karena duduk bersama namun hati entah bepergian kemana. Tidak ada obrolan yang bagus diantara mereka. Hanya sesekali menoleh atau menegakkan kepala untuk (berpura-pura) mendengarkan pembicaraan yang muncul.
Menyapa yang Jauh, Mengabaikan yang Dekat
Teknologi internet sudah sangat canggih, hingga telepon video sudah sedemikian mudah. Bertelepon ria menghubungi yang jauh namun tak banyak yang mengenal tetangganya. Tetangga menjadi sedemikian jauh, malah bahkan ada yang sampai tidak kenal namun merasa wajar saja.
Ini sungguh paradoks. Kecanggihan internet yang tercipta, lebih banyak ditujukan untuk manfaat dan kemaslahatan penggunanya. Karena semua teknologi apapun diciptakan untuk memudahkan pengguna. Namun internet juga berhasil mengubah perilaku yang tidak hanya perilaku di dunia maya namun juga mengubah perilaku di dunia nyata.
Ini sungguh paradoks. Kecanggihan internet yang tercipta, lebih banyak ditujukan untuk manfaat dan kemaslahatan penggunanya. Karena semua teknologi apapun diciptakan untuk memudahkan pengguna. Namun internet juga berhasil mengubah perilaku yang tidak hanya perilaku di dunia maya namun juga mengubah perilaku di dunia nyata.
Menebar Kebencian dan Kebohongan
Perilaku ini banyak menjangkiti orang-orang yang justru paham dengan penggunaan serta cara memanfaatkan teknologi dengan baik. Namun malah terjerumus dalam mencari keuntungan tanpa memikirkan dampak masa depan.
Banyaknya tulisan kebencian dan kebohongan ini akan teresap oleh generasi-generasi penerus yang tentunya akan semakin mudah mengakses internet di masa depan. Akhirnya akan muncul segegrasi kelompok dan mendapatkan kebohongan yang seakan sudah menjadi kebenaran.
Sebuah riset menyatakan bahwa orang di jaman ini banyak yang semakin kesepian. Salah satunya karena dampak kemajuan internet. Munculnya aplikasi-aplikasi yang memudahkan untuk berkirim pesan, ngobrol ramai dan menyebarkan banyak hal, semakin membuat jarak dan garis-garis yang tertanam dalam pikiran masing-masing personal.
Mensikapi fenomena ini, maka dibutuhkan kedewasaan untuk bisa terlepas dari berbagai macam dampak buruk dari Internet. Penting untuk semakin keras terhadap diri sendiri dan mencoba memahami orang lain, siapapun itu.
Mari kembali ke orang paling dekat, keluarga, tetangga dan saudara. Kemudian berlanjut ke teman-teman jauh yang tak jarang kita sendiri belum pernah ketemu.
Upss... Tentunya semua itu hanyalah pandangan penulis saja. Semuanya kembali ke dalam kedewasaan diri masing-masing tergantung tingkatkan kecerdasan intelektual dan juga kecerdasan emosional.
Banyaknya tulisan kebencian dan kebohongan ini akan teresap oleh generasi-generasi penerus yang tentunya akan semakin mudah mengakses internet di masa depan. Akhirnya akan muncul segegrasi kelompok dan mendapatkan kebohongan yang seakan sudah menjadi kebenaran.
Sebuah riset menyatakan bahwa orang di jaman ini banyak yang semakin kesepian. Salah satunya karena dampak kemajuan internet. Munculnya aplikasi-aplikasi yang memudahkan untuk berkirim pesan, ngobrol ramai dan menyebarkan banyak hal, semakin membuat jarak dan garis-garis yang tertanam dalam pikiran masing-masing personal.
Mensikapi fenomena ini, maka dibutuhkan kedewasaan untuk bisa terlepas dari berbagai macam dampak buruk dari Internet. Penting untuk semakin keras terhadap diri sendiri dan mencoba memahami orang lain, siapapun itu.
Mari kembali ke orang paling dekat, keluarga, tetangga dan saudara. Kemudian berlanjut ke teman-teman jauh yang tak jarang kita sendiri belum pernah ketemu.
Upss... Tentunya semua itu hanyalah pandangan penulis saja. Semuanya kembali ke dalam kedewasaan diri masing-masing tergantung tingkatkan kecerdasan intelektual dan juga kecerdasan emosional.