Prosa Fiksi Indonesia
Prosa adalah karya rekaan yang menggunakan bahasa yang terurai. Budiman mengatakan bahwa prosa adalah semua teks rekaan yang tidak berbentuk dialog dan isinya dapat merupakan kisah sejarah, atau sederetan peristiwa. Prosa berusaha menampilkan cerita hasil imajinasi, baik dari juru cerita lisan maupun cerita tulis yang di sebut pengarang. Dalam prosa, pengarang mengolah dunia imajinasi dengan dunia kenyataan atau kenyataan sosial budaya yang di hadapinya.
Cerita rekaan (fiksi) sering di bedakan atas tiga macam bentuk, yaitu cerita pendek (cerpen), novel, dan roman. Berdasarkan urutan munculnya dalam bahsa sastra Indonesia, roman lebih di kenal terlebih dahulu dari pada novel yang terbukti dengan munculnya sebuah roman yang berjudul Azab dan Sengsara karya Merari Siregar pada tahun 1917. Cerpen pertama kali di tulis pada tahun 1920-an. Novel merupakan bentuk prosa fiksi yang paling baru dalam sastra Indonesia. Novel di tulis pertama kali pada tahun1945-an (angkatan '45) oleh Idrus dengan novelnya yang berjudul Aki.
Roman merupakan bentuk kasusatraan yang menggambarkan kronik (catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya) kehidupan yang lebih luas dari kehidupan manusia. Roman biasanya melukiskan perjalanan hidup tokoh mulai dari masa kanak-kanak sampai meninggal dunia. Jadi, pengalaman dan kejadian hidup manusia di jadikan dasar penciptaan sebuah roman. Oleh karena itu, sifat fiksi dalam roman berkaitan dengan kenyataan dan kisah hidup manusia dalam suatu kurun waktu tertentu.
Istilah roman digunakan sejak tahun 1920-an (angkatan Balai Pustaka). pada era tahun 1930-an (angkatan Pujangga Baru), istilah roman juga masih lazim digunaka. Namun, setelah tahun 1945 (angkatan '45) sampai sekarang istilah roman lebih populer disebut dengan novel. Contoh roman Indonesia yang terkenal diantaranya adalah Sitti Nurbaya (Marah Rusli), Tenggelamnya Kapal van der Wijck (Hamka), Salah Asuhan (Abdul Moeis), Atheis (Achdiat Kartamiharja) dan Salah Pilih (Nur Sutan Iskandar).
Cerpen mengungkapkan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia yang di dalamnya tidak di tuntut terjadinya suatu perubahan nasib dari para pelakunya. Kisah diambil dari suatu lintasan dari secerca kehidupan manusia yang terjadi pada satu kesatuan waktu. Cerpen di pandang sebagai karya sastra yang banyak ditulis sampai sekarang. Hal ini di sebabkan cerpen lebih luwes untuk disampaikan, baik melalui majalah, surat kabar, maupun buku kumpulan cerpen. Sekarang ini juga telah muncul seni pembacaan cerpen yang dipelopori oleh Putu Wijaya.
Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (jangka waktu yang lebih panjang). Konflik-konflik yang terjadi di dalam novel akhirnya menyebabkan perubahan jalan hidup antar pelakunya. Dalam novel dikenal istilah novelet, novel dwilogi, novel trilogi dan novel tetralogi. Novelet adalah sebutan untuk novel pendek. Novel dwilogi terdiri dua bagian jilid. Novel trilogi terdiri dari tiga bagian jilid. Novel tetralogi terdiri dari empat bagian jilid.
Roman merupakan bentuk kasusatraan yang menggambarkan kronik (catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya) kehidupan yang lebih luas dari kehidupan manusia. Roman biasanya melukiskan perjalanan hidup tokoh mulai dari masa kanak-kanak sampai meninggal dunia. Jadi, pengalaman dan kejadian hidup manusia di jadikan dasar penciptaan sebuah roman. Oleh karena itu, sifat fiksi dalam roman berkaitan dengan kenyataan dan kisah hidup manusia dalam suatu kurun waktu tertentu.
Istilah roman digunakan sejak tahun 1920-an (angkatan Balai Pustaka). pada era tahun 1930-an (angkatan Pujangga Baru), istilah roman juga masih lazim digunaka. Namun, setelah tahun 1945 (angkatan '45) sampai sekarang istilah roman lebih populer disebut dengan novel. Contoh roman Indonesia yang terkenal diantaranya adalah Sitti Nurbaya (Marah Rusli), Tenggelamnya Kapal van der Wijck (Hamka), Salah Asuhan (Abdul Moeis), Atheis (Achdiat Kartamiharja) dan Salah Pilih (Nur Sutan Iskandar).
Cerpen mengungkapkan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia yang di dalamnya tidak di tuntut terjadinya suatu perubahan nasib dari para pelakunya. Kisah diambil dari suatu lintasan dari secerca kehidupan manusia yang terjadi pada satu kesatuan waktu. Cerpen di pandang sebagai karya sastra yang banyak ditulis sampai sekarang. Hal ini di sebabkan cerpen lebih luwes untuk disampaikan, baik melalui majalah, surat kabar, maupun buku kumpulan cerpen. Sekarang ini juga telah muncul seni pembacaan cerpen yang dipelopori oleh Putu Wijaya.
Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (jangka waktu yang lebih panjang). Konflik-konflik yang terjadi di dalam novel akhirnya menyebabkan perubahan jalan hidup antar pelakunya. Dalam novel dikenal istilah novelet, novel dwilogi, novel trilogi dan novel tetralogi. Novelet adalah sebutan untuk novel pendek. Novel dwilogi terdiri dua bagian jilid. Novel trilogi terdiri dari tiga bagian jilid. Novel tetralogi terdiri dari empat bagian jilid.