--> Skip to main content

Sastra Dan Karya Sastra

Danzinger dan Johnson (1961) melihat satrsa sebagai suatu 'seni bahasa', yaitu cabang seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Budiman, 2002:7). Cabang seni tersebut dapat dapat dibandingkan dengan seni yang lain, seperti seni musik, seni tari, atau seni rupa. Seni musik mengelola bunyi, seni tari mengelola gerak, seni rupa mengelola bentuk serta warna.

Sastra Dan Karya Sastra

Daiches (1964) berpendapat bahwa sastra merupakan karya yang menyampaikan suatu jenis pengetahuan dengan memberikan kenikmatan unik untuk memperkaya wawasan pembacanya (Budiman, 2002: 7). Jika teks sastra di bandingkan dengan teks nonsastra (misalnya, teks ilmiah), wujud kebahasaan yang terdapat dalam kedua teks tersebut tentunya berbeda. Bahasa yang dipakai dalam teks ilmiah seperti di jumpai pada artikel di media massa menekankan pada hal-hal yang bersifat teknis, seperti data, fakta, bukti, dan contoh. Sebaliknya bahasa dalam teks sastra seperti novel dan cerpen menggambarkan nuansa-nuansa perasaan dan pikiran yang tidak dapat diwakili oleh angka ataupun stastistik.

Karya sastra diciptakan sepanjang kehidupan manusia. Hal itu disebabkan manusia memerlukan karya sastra sebagai media hiburan yang memberikan manfaat pada kehidupan. Seorang pemikir Romawi bernama Horatius mengemukakan istilah dulce et utile yang artinya, sastra memiliki fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus memiliki manfaat bagi pembacannya. Sastra menghibur karena menyajikan keindahan, memberikan makna pada kehidupan, seperti kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan, atau memberikan pelepasan ke dunia imaji.

Karya sastra menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran. Pesan-pesan di dalam karya sastra disampaikan oleh pengarang dengan cara yang sangat jelas ataupun yang bersifat tersirat secara halus. Karya sastra juga dapat di pakai untuk menggambarkan apa yang di tangkap oleh pengarang tentang kehidupan di sekitarnya. Karya sastra dapat di ibaratkan sebagai 'potret' kehidupan. Namun, 'potret' di sini berbeda dengan cermin karena karya sastra sebagai hasil kreasi manusia yang di dalamnya terkandung pandangan-pandangan pengarangnnya (dari mana dan bagaimana pengarang melihat kehidupan tersebut).

Kemampuan sastra dalam menyampaikan pesan menempatkan karya sastra sebagai sarana kritik sosial. Kritik sosial di sampaikan secara lebih tersirat dan halus melalui piranti-piranti sastra, seperti melalui penggunaan-penggunaan simbol-simbol. Di sisi lain, sastra berguna sebagai alat untuk menyatakan perasaan manusia (cinta, marah, benci dan sebagainya) dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sastra merupakan media komunikasi yang melibatkan tiga komponen, yaitu pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan itu, dan pembaca karya sastra sebagai penerima pesan.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar