Seorang Pemimpin harus punya rasa percaya diri yang autentik
Seorang pemimpin harus tampil percaya diri, termasuk pada masa-masa sulit. Dalam situasi yang sulit, sikap pesimis dan apatisme kerap muncul dan tidak terhindarkan. Terutama saat sulit lebih menampilkan kesukaran dan belum memunculkan dampak positif. Kesulitan juga sering kali mengaburkan arah dan tujuan semula. Dalam konteks seperti ini, bukan tidak mungkin kalau pengikut malah jadi tidak termotivasi, ragu dan memepertanyakan kembali kepemimpinan yang sedang dijalaninya.
Untuk mengatasinya, pemimpin diharapkan untuk tetap terampil percaya diri. Dengan rasa percaya diri memadai, pemimpin akan mampu menghadapi keraguan dan pertanyaan pengikutnya tanpa sikap difensif. Pada akhirnya hal ini akan mengembalikan motivasi dan keyakinan pengikutnya. Tigor Siahaan menekannkan pentingnya menampilkan keteguhan hati dan kepercayaan diri di masa sulit;
Sikap tegas itu sangat perlu, kita memiliki taggung jawab. Jadi harus yakin dalam mengambil dan mejalankan keputusan. Tidak boleh ada keraguan dalam melangkah karena keraguan tersebut akan menular kesekeliling kita.
Nah, hal seperti ini yang pernah dialami oleh Jianti Komadjaja. Dalam kondisi sulit, seorang pemimpin harus tetap percaya diri bahwa keputusannya akan membawa kebaikan bagi organisasi dan juga anggotanya. Rasa percaya diri ini menjadi bekal untuk kejujuran dan keterbukaan pemimpin. Keterbukaan dan kejujuran adalah kuncinya.
Kepercayaan diri seorang pemimpin harus autentik dan tidak dibuat-buat. Kepercayaan diri merekapun bukanlah rasa percaya diri yang di bentuk semata-mata untuk pencitraan. Apalagi masyarakat Indonesia sudah diakui sebagai masyarakat yang sangat trampil dalam komunikasi tidak langsung.
Salah satu cirinya, masyarakat Indonesia sangat peka dan fasih membaca tanda-tanda nonverbal. Jadi jika Anda adalah seorang pemimpin dan berusaha trampil percaya diri demi pencitraan, cepat atau lambat akan di ketahui.
Lalu bagaimana caranya agar Anda dapat menampilkan rasa percaya diri yang autentik?
Terkait hal itu, Budi Sudirman menyarankan untuk melihat best practices pada organisasi lain yang telah berhasil. Sangat wajar jika seorang pemimpin dilanda keraguan pada saat masa sulit.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri yang autentik bersumber dari dalam diri sendiri. Dasarnya adalah niat yang tulus untuk berbuat sesuatu yang lebih baik untuk orang lain maupun untuk organisasi. Titik inilah yang membedakan dari rasa percaya diri demi pencitraan, yang biasnya bertujuan untuk popularitas publik.
Sekian dan terima kasih