Pendidikan kendaraan mencapai cita-cita
Merupakan sebuah pukulan telak, ketika saya mendaptkan sebuah Whatsap dari salah seorang mahasisiwa PGSD yang berisi materi mata kuliah tentang pengantar ilmu pendidikan. Hal tersebut mengingatkan saya, ternyata sudah lama saya keluar dari jalur. Sebagai orang yang pernah terdidik menjadi seorang pendidik, saya tergugah dengan hal tersebut. Sehingga sudah sepatutnya jika saya angkat bicara menanggapi materi pengantar ilmu pendidikan tersebut.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Kiranya penyataan tersebut memang benar adanya.
Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Semakin tinggi cita-cita manusia, semakin menuntut kepada peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. Pendidikan ibaratnya kendaraan sedangkan cita-cita adalah tempat tujuan, untuk mencapai tempat tujuan (cita-cita) kita harus menggunakan kendaraan (pendidikan). Itulah sebabnya pendidikan beserta lembaga-lembaganya harus menjadi cermin bagi cita-cita kelompok manusia yang mampu mengubah dan meningkatkan cita-cita hidup kelompok manusia sehingga tidak terbelakang dan statis.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya.
Untuk itu agar tercapi tujuan dari pendidikan tersebut, diharapkan peran serta keluarga. Sebab, keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam pembentukan pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.
Demikian pandangan saya (seorang mahasiswa abadi) tentang pengantar ilmu pendidikan. Sebelum saya akhiri tulisan ini, terlebih dahulu saya ingin mengucapkan terima kasih dan tentunya apresiasi tertinggi dari saya untuk kalian semuanya yang telah mengingatkan saya untuk lekas kembali kejalur. Kelima mahasiswa tersebut adalah:
1. Dewi Setya Ningrum ( 182180079 )
2. Fita Endah Pratiwi (182180087 )
3. Ananda Cahya Trisna Putri (182180102)
4. Khofifatun Rohmah ( 182180140 )
5. Andi Aprilianto ( 182180115 )
Oh ya satu lagi, perlu saya ingatkan kembali bahwa pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak di batasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga sempitnya waktu belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan di lakukan dimana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidikan.