--> Skip to main content

Pragmatik Bahasa Indonesia

Pragmatik dapat dianggap sebagai salah satu bidang kajian linguistik yang akhir-akhir ini berkembang pesat. Wujud tuturan yang dahulu dibuang di keranjang sampah karena tidak dapat dianalisis secara linguistik sekarang merupakan lahan subur dalam kajian pragmatik. Baik semantik ataupun pragmatik sama-sama mengkaji “arti” namun dari sudut pandang yang berbeda. Semantik mengkaji arti lingual yang tidak terikat konteks, sedangkan pragmatik mengkaji “arti” yang disebut “the speaker’s meaning” atau arti menurut tafsiran menurut penutur yang disebut “maksud”. Arti menurut tafsiran penutur atau maksud itu sangat bergantung konteks. Tanpa memperhitungkan konteks arti itu tidak dapat dipahami. Contoh: ada seorang mahasiswa yang datang ke sebuah warung sate terkenal di Solo, namanya “Warung Sate mbok Galak” (karena penjualnya seorang wanita yang agak  lanjut usia yang dipanggil “mbok”). Mahasiswa itu berkata: “Bu saya dibakar, dibungkus, dibawa pulang.” Tuturan itu tidak dapat dikaji menurut ilmu linguistik (mana mungkin penutur dibakar lalu dibungkus). Namun dengan memperhitungkan konteks di mana tuturan itu terjadi, dengan siapa dia bertutur, pengetahuan latar yang dimiliki bersama, komunikasi itu berjalan lancar tanpa salah paham. Pengetahuan latar yang dimiliki bersama adalah bahwa sate itu ada yang dibakar ada yang direbus. Jadi penutur itu hendak membeli sate yang dibakar, dibungkus (tidak dimakan disitu), dibawa pulang (dimakan di rumah).

Pragmatik Bahasa Indonesia

Istilah pragmatik mengacu pada istilah semiotik dari Chales Morris (1938). Di dalam semiotik, Morris membedakan tiga cabang yaitu sintaksis (studi mengenai relasi formal yang bersifat linear antara tanda itu satu sama lain), semantik (studi mengenai relasi antara tanda itu dengan sesuatu yang diacu oleh tanda itu), pragmatik (studi mengenai relasi antara tanda bahasa dengan penggunanya). Pengguna bahasa dapat pula penutur dapat pula mitra tutur. Sehubungan dengan itu Levinson menyatakan:
“Pragmatics is the study of the relations between langauge and context that are basic to an account of language understanding.” (1991:21)
Secara umum bahasa itu merupakan paduan antara aspek bentuk (signifier) dan aspek arti (signified) atau bersifat diadik. Bahasa yang menjadi bidang kajian linguistik itu bersifat diadik (melibatkan aspek bentuk dan arti). Studi pragmatik melibatkan aspek bentuk, aspek arti, dan konteks atau bersifat diadik.Yacob L. Mey (1993) menyatakan:
“...., pragmatics is the study of the conditions of human language uses as there are determined by the context of society” (1993: 42).

Pragmatik mengkaji kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks kemasyarakatan. Penggunaan bahasa bersifat real atau nyata yang melibatkan penutur dan mitra tutur dalam situasi pemakaian tertentu, mengenai hal tertentu. Kondisi penggunaan bahasa itu ditentukan oleh konteks kemasyarakatan.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar