Empat Mazhab Filsafat Pendidikan
Ada empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan itu ( Redja Mudyaharjo, et. al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986: 14-18 ) adalah:
1. Esensialisme
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip dan realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut maka esensialisme tersebut menitik beratkan penerpan prinsip idealisme atau realisme memberikan dasar tinjauan filosofis bagi mata pelajaran sejarah, sedangkan ilmu pengetahuan alam diajarkan berdasarkan tinjauan yang realistik. Matematika yang sangat diutamakan idealisme, juga pentingnya arti bagi filsafat realisme, karena matematika adalah alat menghitung penjumlahan dari apa-apa yang rill, materiil dan nyata.
Mazhab esensialisme mulai lebih dominan di Eropa sejak adanya semacam pertentangan diantara pendidik sehingga timbul pemisahan antara pelajaran-pelajar teoretik (liberal arts) yang memerdekakan akal dengan pelajaran-pelajaran praktek (practical arts).
2. Perenialisme
Ada persamaan antar perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered). Perbedaanya ialah perenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan yaitu:
- Pengetahuan yang benar
- Keindahan
- Kecintaan
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan dan pernial.
3. Pragmatisme dan Progresivisme
Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Sekolah adalah suatu lingkungan khusus yang merupakan sambungan dari lingkungan sosial yang lebih umum. Sekolah merupakan lembaga masyarakat yang bertugas memilih dan menyederhanakan unsur kebudayaan yang dibutuhkan oleh individu, belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif dengan cara memecahkan masalah. Guru harus bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator siswa.
4. Rekontruksionisme
Mazhab rekontruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berfikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini di sekolah, tetapi haruslah memelopori masyarakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan. Dengan demikian, tidak setiap individu dan kelompok akan memecahkan masalah kemasyarakatan secara sendiri-sendiri ekses progresivisme.
Oleh karena itu, Sekolah perlu mengembangkan suatu ideologi kemasyarakatan yang demokratis. Keunikan mazhab ini ilah teorinya mengenai peran guru, yakni sebagai pemimpin dalam metode proyek yang memberi peranan kepada murid cukup besar dalam proses pendidikan. Namun sebagai pemimpin penelitian, guru dituntut supaya menguasai sejumlah pengetahuan dan ilmu esensial demi keterarahan pertumbuhan muridnya.